watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Putri Keraton

Panas terik di jalan lurus beberapa kilometer
memasuki kota Cirebon tidak menghalangiku
untuk terus memacu kendaraan dengan
kecepatan cukup tinggi dari arah ibukota pada
siang hari itu.
“..demikian, yach sambil istirahat setelah
seharian nyangkul begitu”, suara centil manja itu
memancar dari frekuensi radio komunikasi yang
terus kubuka dari tadi sambil menscan frekuensi
yang sedang dipergunakan.
Segera kumatikan modul scan di pesawatku agar
tetap dapat memonitor frekuensi tersebut..
“Jadi sekarang sudah di 85 correct?” suara
seorang pria sejurus kemudian yang meminta
konfirmasi apakah sudah ada di rumah
“10-4?, kembali suara manja itu menjawab yang
berarti membenarkan
“Wah.. wah.. wah.. wah.. sudah banyak duitnya
nich siang begini sudah ada di rumah”, kembali
sang pria menimpali..
“Ya ngga jugalah.. duit mach tetap butuh”.
“Break”, sahutku menyela pembicaraan di antara
spasi
“Kirain sudah punya banyak duit.. ya dibagi-bagi
ke sini”, sahut pria tersebut
“Mas, ada yang mau masuk tuch silahkan di
handle dulu sayanya 10-23 sebentar”, suara centil
manja tersebut menginformasikan kehadiranku
kepada rekannya..
“Yang break silahkan masuk”,
“Selamat siang.. di sini Elmo Mas dalam line
bergerak menuju Cirebon”, sahutku segera
memperkenalkan diri
“Selamat siang juga yang handle di sini Boom..
darimana hendak ke mana Mas?”
“Dari Kotaraja menuju ke Cirebon gitu”,
penjelasanku padanya
“Silahkan dipergunakan frekuensinya mungkin
ada sesuatu yang ingin di sampaikan”, sahutnya
memberikan kesempatan padaku
“Oh.. tidak ada Mas cuma ingin nimbrung saja,
sehubungan klo ngga ada yang ada di ajak
bicara sayanya suka ngantuk nich”.
“Emang berapa personil di gerobak dan dalam
rangka apa nich? Liburan begitu..?”
“Negatif Mas.. dalam rangka dinas begitu dan di
gerobak sendiri saja, makanya perlu teman
ngobrol begitu”
“Mas Elmo.. Boom kembali di sana ada
lowongan ngga Mas klo ada boleh donk ajak-
ajak saya”, pintanya
“Hmm.. anda itu memakai kacamata ngga?
apakah penglihatannya masih cukup jelas?”
tanyaku padanya
“Masih.. masih jelas, tidak memakai kacamata”.
“Pendengaran gimana, baik atau sudah
menggunakan alat bantu?”
“Masih baik”.
“Rambut.. apakah sudah memutih?”
“Ya.. Mas, rambut mach masih hitam semua
belum ada yang putih umur juga baru kepala 2?,
sahutnya kembali menegaskan
“Berarti masih kuat lari betul?”
“Betul.. ngomong-ngomong mau dikasih kerjaâ
€™an apa sich koq bertanya begitu..?”
“Lha.. saya ini khan raja maling, makanya saya
bertanya itu supaya memenuhi persyaratan..
mata harus awas, supaya saat kebagian tugas
jaga bisa mengawasi klo-klo ada hansip atau
ronda lewat, telinga harus baik biar saat tugas
buka gembok atau kunci tetap bisa mendengar
suara klo ada yang mau nangkap, rambut juga
harus hitam biar bisa sembunyi dalam kegelapan
ngga ketahuan.. dan terakhir ya harus bisa lari
cepat klo ketahuan.. klo ngga khan ya ketangkep
begitu.. dik” jelasku padanya..
“Hahaha.. hahahaha.. hahahaha..”, suara centil
manja itu kembali berkumandang
“Ujug buneeng..”, Boom tertawa kecil juga..
“Ya.., salam kenal juga buat Mas Elmo yang
sedang dalam perjalanan hati-hati semoga
selamat sampai di tujuan”, katanya menyalami
ku..
“Salam kenal juga semoga sehat selalu.. klo
boleh tahu siapa nich yang handle?” tanyaku
pada pemilik suara centil manja itu..
“Di sini Vera gitu Mas Elmo”.
“Vera.. Elmo kembali.., iya dach salam buat
keluarga yang di rumah semoga sejahtera
selalu”.
“Mas Elmo kayanya.. humoris yach”.
“hahaha.. yach tergantung situasi begitu neng
Vera, kadang serius kadang bercanda juga, klo
serius terus mach bisa mati muda nanti”
“Berapa lama begitu Mas di kota udang?”
“Rencana sich cuma seminggu aza, .. tapi lihat
nanti aza dach”.
“Sudah sering ke Cirebon gitu Mas Elmo?”
“Jarang juga.., .. ngomong-ngomong apa yach
makanan yang khas dan enak gitu?”
“Hmm.. di sana ada nasi lengko, ada juga nasi
jamblang.. trus empal gentong juga enak.. sama
tahu gejrot dach”, sahutnya berpromosi
“Klo siang-siang begini enaknya makan apa
yach..?”
“Itu aza Mas Elmo.. nasi lengko yang ada di xx”,
informasinya..
“Terimakasih atas informasinya.. mau ikut
menemani?” ajakku padanya
“Lain kali dech Mas Elmo.. sekarang sich saya
sedang sibuk”.
“Oh ya sudah.. mudah-mudahan lain kali kita
bisa kopi darat begitu”.
“Harapan Vera juga begitu yach.. hati-hati
sajalah.. jadi makan siang di sana?”
“Yup, .. dan terimakasih nich atas obrolannya
siang hari ini yang telah menemani saya hingga
masuk ke Cirebon”.
“Sama-sama.. Vera juga senang bisa ngobrol
dengan dirimu dan silahkan masuk ke frekuensi
ini lagi klo ada waktu”, ajaknya manja..
Demikianlah sepenggal pembicaraan siang hari
itu, dan sesungguhnya apa yang dikatakan Vera
itu tidaklah salah memang tempat makan yang
ditunjukkan adalah favoritku juga dan itu tidaklah
asing oleh karena cukup sering saya
mengunjungi kota Cirebon ini.
“Nasi lengkonya 1 porsi Mas”, pintaku di pintu
masuk sesaat setibanya di sana
Kemudian kupilih salah satu meja yang kosong
di tengah
“Minumnya apa Mas Elmo?” tanya suara halus
dari belakang
Kontan saja aku terkejut oleh karena tidak banyak
yang mengenal namaku demikian dan dalam
diamku kemudian dia menyodorkan tangannya
“Vera”, seraya tersenyum manis
“Oh.. ugh.. oh”, aku tergagap mendapat kejutan
seperti itu
Sungguh tak ku kira kini di hadapanku hadir
seorang wanita berkulit putih dengan rambut
tergerai sedikit melewati bahu dan postur tubuh
yang cukup tinggi untuk ukuran orang Indonesia
namun berimbang.
“Koq.. bengong aza”, ujarnya mengingatkanku
“Abis.. ada bidadari sich.. yuk silahkan duduk”,
sahutku seraya menggeser tempat duduk dan
mempersilahkannya untuk berada di sampingku
“Koq tahu mengenai aku?” tanyaku setelah dia
duduk
“Yach khan katanya jadi makan di sini terus tadi
aku sudah tiba duluan dan lihat mobil kamu
yang lengkap dengan antenenya trus plat
nomornya juga B”, sahutnya seraya
memonyongkan bibir tipisnya..
Demikianlah siang itu akhirnya aku makan siang
bersama dengan”Vera” yang hingga usai santap
siang tersebut belum bersedia untuk
mengungkapkan nama sebenarnya dan akupun
tidak memaksanya, sebaliknya saat dia minta no
HPkupun tidak kuberikan.. wah bisa berabe boo,
kalau pas dia telp nantinya pada saat aku
bersama istriku.. bisa perang dunia.. namun aku
informasikan di mana aku bermalam nantinya.
Begitulah, ketika jarum jam menunjukkan pukul
23. 15 telp di kamarku berdering, ternyata Vera
yang menghubungiku.. dan membuat janji
untuk kembali berjumpa esok harinya..
Tanpa terasa beberapa hari telah berlalu dan
hampir setiap santap siang kulakukan bersama
dengan Vera, sedangkan malam hari tidak
kulakukan sehubungan dengan tugas yang
harus kukerjakan bersama anak buahku untuk
mengunjungi klien. Pekerjaankulah yang
menuntut demikian, yaitu sebagai sales manager
dari sebuah perusahaan farmasi sehingga pada
malam hari aku harus mengunjungi dokter dan
berbicara banyak mengenai produk dan hal
lainnya, terkadang baru usai lewat tengah malam
terutama bila harus berkunjung kepada dokter
yang memiliki pasien banyak sehingga baru usai
pada dini hari.
“Kapan kau kembali?” tanyanya suatu saat
setelah beberapa hari ini kita hampir selalu
makan siang bersama
“Lusa nich, besok masih masih ada beberapa
urusan kantor lagi yang harus kukerjakan”,
sahutku
“Oh..”, ada nada kecewa yang dapat kutangkap..
Entah tanpa terasa dalam waktu yang demikian
singkat hubunganku dengan Vera nampak
sangat akrab dan dekat sekali, walaupun
sesungguhnya akupun masih gelap mengenai
kehidupan pribadinya yang kutahu hanya sosok
dia yang aku kenal apa adanya tanpa melihat
kehidupan pribadinya sebaliknyapun demikian, ..
“Nanti malam masih kerja juga?” tanyanya
masih ada nada protes
Hgh.., aku terhenyak dengan pertanyaan
semacam itu yang menurutku sudah terlalu
dalam terbawa emosi
Sambil tersenyum menggoda
“, Kenapa.. mau ngajak kemana emangnya?”
“Jalan yuk..”, ajaknya
“Kemana..?” tanyaku
“Ada waktu ngga?”
“N’tar malam begitu?” tanyaku bingung
“Iyalah.. emangnya kapan lagi?”
“OK.. aku jemput di mana nich?” tanyaku
kemudian..
“Hmm di sini dech.. jam 5′an yach”, jawabnya
seraya menulis suatu tempat di atas kertas yang
kemudian di serahkannya padaku.”.Nanti tunggu
aza di halaman parkir ngga usah masuk”,
pintanya kemudian
Ternyata tempat yang diberikan adalah nama
sebuah bank pemerintah yang cukup besar di
kota ini, entah apa jabatannya di sana namun
penekanannya yang terakhir memberikan arti
bahwa dia adalah salah seorang karyawan di
sana.
Sekitar jam 5 sore aku telah tiba di tempat kerja
Vera dan lahan parkir sudah cukup lenggang,
kemudian aku parkir di tempat teduh yang agak
terlindung dari pandangan pos satpam maupun
pintu keluar masuk gedung tepatnya dekat
dengan bilik ATM sehingga tidak mengundang
banyak kecurigaan orang lain.
Tak lama Vera keluar dan segera masuk ke
dalam mobilku..
“Yup.. jalan..”, sesaat setelah masuk ke dalam
mobil..
“Kemana?” tanyaku bego..
“Bawalah daku pergi..”, senandung centilnya
keluar lagi..
“Dari derita ini..”, timpalku menyambut
senandungnya.. dan kamipun tertawa tergelak
pada sore hari itu.
Dalam keraguan itu akhirnya aku arahkan saja
kendaraanku menuju ke arah kota Tegal masuk
ke Jawa Tengah dengan kecepatan sedang,
pemikiranku klo aku bawa dia masuk ke daerah
Kuningan seperti Linggarjati misalnya rasanya
terlalu riskan mungkin akan banyak orang yang
mengenalnya oleh karena kota Cirebon ini khan
kecil banget.. segala sesuatunya mudah
tersebar.. bisa berabe nantinya..
“Kemana..?” tanyanya setelah kami sempat
terdiam cukup lama dan sibuk dengan pemikiran
masing – masing
“Ke arah Tegal aza yach..”, saranku
“Hhhmm.. ok”, sahutnya menyetujui saranku
Kembali kami tenggelam dalam lamunan
masing-masing dan kemudian terbersit dalam
ingatanku untuk mengajaknya ke Comal, di sana
khan ada rumah makan dengan masakan khas
kepitingnya yang sangat lezat.
“Kita makan kepiting yach..”, aku memecah
keheningan
“Boleh.. di mana?”
“Pernah ke Comal ngga..? di sana ada rumah
makan yang masakan kepitingnya enak lho”,
promosiku..
“Belum pernah nich”.
“Kenapa sich kamu.. sakit gigi yach?” tanyaku
dengan nada bergurau.”.Abis ngomong cuma
sepotong-potong gitu”.
“Ach.. Mas Elmo bingung dan malu nich soalnya
belon pernah pergi kaya gini nich”, suaranya
bergetar manja..
Aku hanya tersenyum saja dan sempat
kuperhatikan kembali sebuah cincin melingkar di
jari manis kanannya
“Emang suami kamu ngga pernah ngajak pergi
berdua untuk makan malam bersama gitu?”
tanyaku dengan gaya yakin yang seyakin-
yakinnya
“Pernah sich”, akhirnya Vera mulai
mengungkapkan kehidupan pribadinya..
“Trus sekarang suami kamu mana? Koq ngga
diajak sekalian?”
“Mas Bram.. masih di Jakarta, sudah seminggu..
mungkin lusa baru kembali”.
“Oh.”.
“Dinas”, lanjutnya kembali
“Sudah punya putra berapa?” lanjutku kemudian
Vera hanya menggeleng perlahan dan ada setitik
air mata yang bergulir di sudut matanya, namun
segera di hapusnya perlahan.. sambil menghela
nafas panjang
“Sudah berapa tahun sich kamu menikah?”
“Jalan 7 tahun”, sahutnya perlahan dengan nada
lembut dan bergetar menahan emosi
“Hhmm.. sudah konsultasikan ke dokter?” aku
terus mengejarnya
“Sudah.. dari diriku semuanya normal”.
“Trus suami kamu?”
“Tidak tahu”, jawabnya singkat..
Kembali kami terdiam dalam renungan yang
dalam sementara lampu penerangan jalan sudah
mulai menyala menambah sendunya suasana
sore hari ini.
“Mas Bram adalah lingkaran dalam keraton Kxx,
dan layaknya keluarga ningrat mereka selalu
menyalahkanku yang tidak mampu memberikan
keturunan buat mereka. Dahulu kami tinggal di
dalam keraton, namun sekarang tidak lagi sebab
saya tidak tahan dengan perlakuan mereka,
namun saya juga tidak bisa memaksa Mas Bram
untuk berkonsultasi ke dokter..”, keluhnya
dengan nada kelu dan tertekan..
“Apakah kamu pernah meminta suamimu untuk
memeriksakan dirinya?” tanyaku melanjuti
“Tidak mungkin Mas, dalam keluargaku istri
harus tunduk pada suami dan yach itulah
takdirku”, bicaranya mulai tak jelas dan berakhir
dengan ledakan tangisnya
Kubiarkan Vera menangis untuk menumpahkan
kegundahannya hanya saja kuberanikan diri
untuk mulai mengusap rambutnya dan
berusaha menenangkannya.. usapan lembut dan
penuh kasih sayang itu dapat menenangkan
emosinya. Tanpa terasa kota Tegalpun sudah
tertinggal di belakang dan 2 jam telah berlalu
hingga kami tiba di tempat yang dituju dan
suasana rumah makan yang temaram dengan
lampu penerangan secukupnya menambah
romantisnya suasana malam itu, sementara
pikirankupun terus bermain entah apa
maksudnya Vera menceritakan semua hal itu
terlebih dengan upayanya untuk mengajakku
kencan malam hari ini. Instingku mengatakan
Vera menginginkan benih dariku untuk
menyemai rahimnya yang tidak pernah
tersentuh benih hidup yang membuktikan jati
dirinya sebagai wanita.
Sikapku yang mesra dan gentle seperti
membukakan pintu mobil tadi saat dia masih
sibuk memperbaiki dandannya di mobil
kemudian menarikkan kursi untuk Vera duduk,
dapat sedikit menghilangkan kekakuan sikap
kami bahkan sudah mirip seperti sepasang
merpati yang sedang memadu kasih terlebih
daerah yang kumasuki ini tidak banyak
berhubungan dengan tempat tinggal Vera
sehingga lebih memudahkan kami untuk
beradapatasi.
Selesai santap malam, kembali sikap gentle
kutunjukkan dengan membukakan pintu mobil
baginya dan Vera membalas dengan senyum
manisnya, dan sebuah kecupan tipis mendarat di
pipiku sesaat setelah aku duduk di belakang
kemudi.
“Thanks yach”, ucapnya lembut dengan mata
sendunya
Aku hanya tersenyum dan membalas dengan
mengusap lembut pipinya.. Kemudian
kuarahkan mobilku untuk kembali menuju ke
kota Tegal dengan satu tekad yang berkecamuk
di benakku untuk dapat meniduri Vera malam
hari ini. Tidak sulit bagiku untuk mendapatkan
hotel yang terbaik di kota ini oleh karena
memang bagian tugas dariku untuk harus
berkeliling sehingga hubungan bisnis
perusahaanku dengan hotel cukup baik sehingga
tidak sulit untuk mendapatkan kamar yang
kumau. Satu hal yang mendukung rencanaku
juga adalah Vera tidak bertanya dan nampaknya
diapun siap untuk menerima resiko tersebut,
sementara pikiranku berencana demikian
peniskupun sudah tidak mau kompromi lagi
dengan mengembang maksimal sehingga ada
juga rasa nyeri
Sesaat pintu kamar hotel kukunci segera kupeluk
Vera yang diam pasrah dengan mata tertutup
rapat.. kukecup lembut keningnya tepat di
belakang pintu kamar hotel, turun sedikit
kecupan kuarahkan ke mata kanan, kiri, hidung
dan pipi..
Dengan tangan kiri kuangkat dagunya perlahan
sempat Vera membuka matanya dan
memandang sayu, sebelum tertutup kembali.
Semakin dekat bibirku ke bibirnya desah nafas
hangat yang memburu menerpa sebagian
wajahku, kemudian dengan lembut kuletakkan
bibirku di atas bibirnya yang merekah membuka
basah siap dan pasrah. Kecupan lembut tersebut
menambah riak gelombang birahi untuk
semakin memuncak dan dengan perlahan
kujulurkan lidahku untuk menyentuh ujung
lidahnya yang tersentak berdetak sebelum maju
perlahan menelusuri panjang lidahku ditambah
dengan hisapan lembut membuat lenguhnya
muncul perlahan disertai dengan tubuh yang
melemas..
“Hhmmhh..”, desahnya saat kulepaskan bibirku
dari pagutannya yang sedikit mulai liar..
Perlahan kususupkan jari jemariku mulai dari
punggung ke tengkuk dan terus naik ke atas
menyibakan rambut sebahunya dan secara
bersamaan Vera menengadah memberikan
lehernya yang jenjang untuk kukecup.. jilat
perlahan mulai dari leher sebelah kiri menuju ke
telinga belakang kiri diiringi dengan nafasku yang
semakin memburu.. dan berakhir dengan
lenguhan panjang dari Vera.
“Aaagghh.”.
Kemudian kulepaskan blazer biru tuanya
sehingga segera nampak pangkal lengannya
yang mulus oleh karena Vera menggunakan
lengan buntung dan kembali kukecup pangkal
lengan sebelah kiri tersebut sementara jari jemari
tangan kananku mengusap lembut pangkal
lengan yang satunya dan berakhir dengan
genggaman tangan kami yang menyatu.
“Mas Elmoo.. aagghh”, desah Vera bergetar
Matanya kembali memandangku sayu dan
perlahan dalam pelukanku kutuntun dia untuk
mendekati ranjang. Kubukakan kancing demi
kancing bajunya sementara Vera terus
memandangku sayu seolah mengatakan
lakukanlah.., dan segera setelah seluruh kancing
baju tersebut terbuka, kudapati dadanya yang
sangat putih mulus dengan bra berwarna gading
dengan renda-renda kecil di bagian atasnya..
Kukecup.. kujilat seluruh bidang dada yang tidak
tertutup bra, kuhirup dalam-dalam bau harum
lembut yang semakin santer menerpa hidungku
membuatku melayang untuk senantiasa
memperlakukannya secara lembut dan bersama
menari di atas ombak gelora cinta yang menjilat
bak lidah api.. berakhir dengan dekapan eratku
pada Vera. Kubuka tali pengait branya dan
segeralah tersembul buah dada yang selama ini
mungkin hanya dilihat oleh suaminya, tidak
besar dengan puting berwarna merah muda
yang menjungkit menantang untuk di sentuh.
Kulanjutkan untuk membuka risleting roknya
sebelum perlahan ku baringkan Vera di atas
ranjang yang empuk.. sementara suhu ruangan
masih belum terasa dingin oleh karena
hembusan lembut udara ac belum cukup lama
untuk menyejukkan udara kamar.
Vera hingga saat ini masih bersikap pasif dan
pasrah seperti layaknya putri keraton yang
menerima keadaannya.. dan sekarang kutindih
tubuhnya dengan sebagian tubuhku dan kembali
kupermainkan leher jenjang kanannya hingga ke
belakang telinga dengan iringan rintihan Vera
yang mendesah lembut laksana irama jazz.
Kecupankupun terus turun menuruni garis
lehernya secara perlahan untuk kembali mendaki
bukit gunung kembar yang mungkin selama ini
hanya mengenal sentuhan seorang lelaki,
sementara aku adalah lelaki ke dua yang
beruntung untuk bisa menyentuh dan
menghisapnya dengan lembut.. di iringi belaian
ringan jari-jariku mengusap seluruh permukaan
kulit bukit kembar tersebut
Hentakan tubuh Vera diiringi dengan gerak reflex
tangan yang berusaha menangkap tanganku dan
menekannya secara kuat ke payudaranya disertai
dengan tekukan lututnya serta mata terpejam
dengan kuat dan rapat menandakan gejolak
dalam birahinya yang tak tertahankan berusaha
menerobos keluar. Ketelusuri lekuk tubuhnya
untuk menggapai tepi celana dalamnya dan
segera kuturunkan dibantu oleh Vera yang
mengangkat pinggulnya. Oh.. indah sekali
bentuk rambut halus hitam yang tertata rapi
bagaikan hamparan rumput hitam dengan
panjang yang seragam dan terawat baik.
Tekanan ringan pada kedua pinggulnya serta
hisapan lembut di pundaknya kembali
menyentakan Vera disertai dengan jeritan lirih.
“Arrgghh..”, diiring dengan tekanan pinggul Vera
untuk melawan ke atas. Jilatan demi jilatan
kembali merayap menuruni belahan tengah
buah dadanya, menuju ke perut dan secara
reflekpun Vera mempersiapkan jalanku dengan
membentangkan kedua belah pangkal pahanya
dengan gerakan alami. Tanpa kesulitan dan
dengan perlahan kecupan bibirku bisa sampai di
belahan tengah bibir bawahnya yang disambut
dengan mengalirnya cairan putih bening kental
dalam jumlah cukup banyak berkelok-kelok
seperti anak sungai membasahi rerumputan
akibat terbukanya bendungan yang menjadi
tanggul dari cairan tersebut. Jilatan sedikit kasar
untuk mengangkat cairan tersebut dan diakhiri
dengan hisapan kuat untuk membersihkan
seluruh aliran kental anak sungai ini terasakan
bagai dibetotnya sesuatu yang ada di dalam dan
meluluh lantakan tulang belulang di tubuh..
“El.. mo..”, jeritan Vera diiringi dengan gerak liar
pinggulnya dan tarikan kuat mencengkram bed
cover yang belum diangkat saat kulakukan
hisapan kuat tadi.
“El.. mo.. masukkan aku ngga kuat lagi”,
pintanya dalam nada bergetar mengharap.
Segera kubuka kaos yang sedari tadi belum
kulepaskan demikian juga seluruh pakaian yang
masih menyelimuti tubuhku. Ketika aku mulai
menindih tubuh mulus Vera, sensasi kulit nan
lembut menyengat seluruh saraf sensitive di
tubuhku dan mengakibatkan urat-urat di penisku
menyembul dengan kuat memberikan guratan
biru tegas membekas. Secara reflek Vera kembali
menekukkan lututnya dan bebas membuka
memberikan jalan bagi penisku untuk segera
memasuki relung vaginanya.
Vera kembali memandangku sayu dan berkata
perlahan,
“Lakukanlah.. aku rela bersamamu”.
Perlahan kuarahkan penisku untuk bisa mulai
menelusuri lorong kenikmatan dengan
relungnya yang kuyakin akan menjepit kuat dan
ketika kujumpai ujung lorong tersebut perlahan
kuturunkan penis tersebut untuk mulai
menerobos lorong kenikmatan membor
layaknya paku bumi diiringi dengan mata Vera
yang terus meredup dan terpejam seiring
dengan gigitan pada sudut bibirnya untuk
menambah sensasi kenikmatan yang mulai
berjalan. Sebaliknya kurasakan juga sodokan
perlahan penisku serasa membuka lipatan-lipatan
lunak yang tak berujung terus ke dalam diikuti
dengan jepitan kuat sesudahnya memberikan
sensasi yang tak terkirakan.
“Aaakkhh..”, erangan panjang Vera disertai
dengan mengejang kakunya seluruh tungkai kaki
Vera yang panjang mengakhiri perjalanan
penisku untuk mencapai lorong yang paling
dalam sementara remasan kuat di bed cover
menandakan perjalanan kenikmatan Vera yang
masih belum berakhir.
Buah dada kenyal tepat berada di bawah dada
bidangku dan bisa kurasakan kehangatannya
yang terus berdenyut mengalir membawa
gelombang birahi bertalu-talu. Sunggingan
senyum manis Vera menghias ujung bibirnya
ketika mata bening itu bertatapan dengan mataku
dalam jarak yang begitu dekat diiringi dengan
lenguh nafasnya yang tetap memburu semakin
menggila dan kedutan halus malu-malu
dilakukannya dengan tetap memandangku
diiringi dengan senyum manisnya.
“Hebat.. teruskan”, pujiku untuk menambah
kepercayaan dirinya bahwa apa yang
dilakukannya bukanlah suatu hal yang tabu dan
memang diperlukan untuk dapat menambah
nikmatnya hubungan kami. Pujianku
memberikan keberaniannya untuk segera
melakukan manuver tersebut dan seiring dengan
kembali terpejamnya mata lentik tersebut,
remasan kuat berirama mengurut penisku yang
membangkitkan seluruh titik saraf di tubuhku
untuk terpusat pada gerakannya.. remasannya..
Perlahan kulakukan perlawanan dengan
menggenjot penisku untuk mengimbangi
remasannya diiringi dengan lenguh nafas yang
terus memburu seperti derak bantalan rel kereta
yang dilalui.
“Hhshshshhshhs..”, dengus nafasku tak dapat
kekendalikan
“Uuugghh.. uugghh..”, Vera tak kalah serunya
merintih
Buliran keringat sebesar jagung mulai
membasahi keningku dan menetes di dadanya,
demikian juga butiran keringat Vera mulai
membasahi tubuhnya khususnya di pundaknya
sehingga geraian rambut yang basah dan
menempel pada pundaknya menambah pesona
memompa birahiku untuk mendaki mencapai
puncaknya
Gerakanku semakin seirama dengan hentakan
pinggul Vera apakah demikian kuatnya ikatan
emosi sehingga tak terlalu lama bagi kita untuk
menyatukan irama gerakan kami akupun tak
tahu namun hentakan menghunjam semakin
kuat dan cepat dan berakhir dengan..
“Ellmmoo”, teriakan Vera sesaat sebelum aku
mencapai puncaknya
Tubuh Vera mengejang sesaat sebelum akhirnya
membujur lemas diam tak bergerak, wajah
ayunya meninggalkan buliran keringat halus
yang membentuk guratan halus ketika kuraba
menuruni leher jenjangnya dan berkilap tertimpa
cahaya lampu kamar. Tak bosan kupandang
wajahnya yang memang ayu. Tak lama Vera
mulai membuka matanya dan memandangku
kembali dengan senyum khasnya, sebagai
balasannya ku angkat penisku perlahan dan
secara reflek Vera berusaha menahanku untuk
tetap berada di dalamnya, namun tetap kuangkat
perlahan dan segera kubalikan tubuh lemas Vera.
Kupandang punggung halusnya dengan
beberapa helai rambut yang tetap menempel
basah oleh keringat, kuraba perlahan
menyingkap helai-helai rambut tersebut untuk
mendapatkan punggungnya secara utuh. Buliran
keringat nampak jelas pada kedua belah bahunya
menggodaku untuk kembali menjilatnya dan
terus merayap ke atas menelusuri leher
jenjangnya dan membasahi rambut-rambut
halus yang tumbuh di sekitar tengkuknya
dengan air liurku.
Rintihan nikmat kembali terdengar seiring
dengan bangkit kembalinya gelora gairah yang
sempat mendatar tadi setelah mencapai
puncaknya,
“Eegghh.”
Permainan jari-jariku yang merayap naik turun
menelusuri seluruh lekuk tubuh Vera segera
memicu kembali adrenalinku terlebih rintihan
nikmat tersebut semakin cepat memburu dan
hanya membutuhkan waktu yang teramat
singkat untuk segera membangkitkannya.
Kembali kutindih tubuh Vera dari belakang dan
kuarahkan kembali penisku yang sedari tadi tetap
menegang, sementara belahan kaki yang tampak
sangat indah tersebut kembali terbuka lebar
menyisakan lubang yang masih terbuka dan
berdenyut halus dengan lendir yang membasahi
sekelilingnya. Kuingin memasukinya kembali
secara perlahan dan menikmati sensasi
kenikmatan saat kumasuki relungnya tersebut
secara perlahan dengan jepitan yang kurasakan
lebih kuat lagi..
“El.., cee.. pat lakukan, aku tak tahan.. Eeell”,
rintihnya perlahan namun terdengar jelas.
Perlahan namun pasti terus kudorong masuk
penisku hingga mencapai jarak terjauhnya dan
segera kuayunkan berirama.
Gerakanku kali ini diimbangi dengan
lenguhannya tiap kali ujung penisku menyentuh
mulut rahimnya,
“Arrkkh.., terus El.. arrkkhh”.
Semakin lama genjotanku semakin kuat
bertenaga seiring dengan memuncaknya sensasi
yang kurasakan mulai menumpuk di ujung
penis untuk menyemburkan sperma yang sedari
tadi tertahan, dan jepitan liang vagina Verapun
semakin mantap kurasakan.
Butiran keringat bak pasir di tepi pantai yang
membasahi pundaknya kembali keluar dengan
derasnya yang segera berubah membesar
menyerupai butiran jagung tersebar merata
hingga ke punggungnya.. berkilap tertimpa
cahaya lampu. Hingga ketika tiba saatnya, ujung
penisku berdenyut kencang dan dalam 1.. 2..
tusukan terakhir aku hunjamkan sekuat tenaga
dan sedalamnya yang diiringi dengan teriakan
Vera disertai gelengan kepalanya yang ke kiri dan
ke kanan dengan cepat dan.. srett.. srett.. srett..
semburan maniku menelusuri panjang penisku
dan menerjang masuk menabrak dinding
rahimnya melemparkan puncak kenikmatan
hingga keujungnya dan jatuh demikian terjal
dalam kelelahan nikmat yang tak berujung.
“Aaacchh..”, jeritan terakhir Vera sebelum dia
kembali terjatuh dan diam dalam kelelahan yang
teramat sangat.
Peluh yang bercucuran bercampur jadi satu
ketika tubuhku ambruk dan menindih tubuh
mulus Vera, bau harum keringat segera
membuaiku dalam mimpi terindah bersama
Vera.
“Thanks Ver”, ucapku sesaat sebelum ku terlelap
“Thanks juga El”, sahutnya lemah
Luluh lantak rasanya tubuhku malam itu dan
terkuras habis staminaku setelah sebelumnya
banyak tersita oleh urusan dinas namun apa
yang kuberikan saat itu memberikan makna dan
kesan yang sangat mendalam di lubuk hati Vera,
oleh karena baru kali ini dia merasa begitu
dihargai dan diperlakukan manja sebagaimana
layaknya seorang istri yang memiliki kedudukan
sama.


Adult | GO HOME | Exit
1/976
U-ON

inc Powered by Xtgem.com